Jepang, merupakan negara yang memiliki percepatan bidang teknologi yang sudah diakui di seluruh dunia. Tidak hanya itu, berbagai prestasi dalam bidang sains maupun industri kreatif sudah berhasil ditorehkan oleh negara Sakura ini. Namun, sebagai salah satu negara yang memiliki kecepatan internet tinggi di dunia ternyata masyarakat Jepang tidak lantas bebas dalam menggunakan internet. Buktinya, hanya ada satu platform belanja online yang eksis di sana. Berikut adalah beberapa fakta mengenai kehidupan di Jepang yang cukup konvensional jika dibandingkan dengan Indonesia:
- Menabung di Jepang hanya dengan nol yen
Untuk bisa punya tabungan di Jepang, masyarakat Jepang hanya perlu kartu tanda penduduk. Tabungan bisa dimulai tanpa uang mengendap. Dan menabung di Jepang sangat syar’I karena tidak ada bunga dan potongan. Kerennya lagi, akun tabungan itu berlaku seumur hidup tanpa saldo minimal. Eh iya, mesin atm di Jepang, bisa juga untuk menabung uang receh loh.
2. Mau add seseorang di medsos, harus izin
Hanya orang-orang atau teman dekat saja yang bisa add akun sosial seseorang. Sangat aneh, jika orang yang kurang dekat, apalagi sama sekali gak kenal, mencoba menambahkan pertemanan di akun media sosial. Jika harus terpaksa, maka yang bersangkutan harus izin dahulu. Budaya Jepang yang seperti ini terasa berbanding terbalik dengan Indonesia. Dimana, di akun media sosial, semakin banyak temannya atau follower, artinya semakin tenar dan banyak endors.
Makanya, tidak heran, selebritis Jepang tidak berburu folowers/subscriber di Instagram, Youtube atau media lainnya. Orang Jepang pakai uang cash untuk belanja
3. Masyarakat Jepang lebih memilih belanja secara tunai
Nah ini seru nih. Dimana hampir di seluruh belahan dunia memilih pakai kartu atau akun dalam belanja. Masyarakat Jepang memilih bawa duit kemana-mana. Ada beberapa alasan untuk hal ini; (1) di Jepang banyak fending machine, baik untuk minuman atau makanan, jadi kalau mau makan di restoran, harus pesan dan bayar di mesin, barulah pesanannya dibuatkan. (2). Sistem keuangan di Jepang yang tidak memberlakukan sistem “virtual money.” Mungkin, bagi masyarakat Jepang, sistem ini kurang transparan ya?
4. Lebih suka belanja langsung ke toko/gerai
Masyarakat Jepang lebih suka belanja ke toko/gerai ketimbang belanja online. Ini bukan berarti penggunaan internet di sana lemah. Blog maupun website toko tersedia, tetapi masyarakat lebih nyaman belanja langsung. Sebetulnya, ada beberapa kebaikan dari belanja langsung, pertama baik pembeli dan pedagang hubungan interpersonalnya jadi terbangun. Toko-toko kecil tetap bisa beroperasi, masyarakat jadi olah raga karena harus jalan-jalan, kepekaan visual dan pengalaman jadi makin terbangun. Karena kalau jalan ke toko, tidak hanya melihat barang-barang, tetapi suasana yang lain, orang yang ada di sekitarnya, lingkungan, jalan, pohon, dan sebagainya.
Di Jepang, hanya ada satu platform belanja online yang besar, yaitu Amazon.
5. Jarang kasih nomor HP
Masyarakat Jepang rata-rata memiliki nomor gawai dan koneksi internet (untuk remaja ke atas). Tetapi, nomor itu hanya diperuntukkan bagi teman dekat dan keluarga. Kalau hubungannya tidak dekat-dekat banget, mereka bertukar alamat email.
6. Anak di TK dan SD tidak bawa ponsel pintar ke sekolah
Pemerintah Jepang memberlakukan, bahwa anak-anak tidak diperkenankan membawa ponsel pintar ke sekolah dan main online game. Setiap sekolah memiliki telepon yang bisa digunakan para orangtua untuk berkomunikasi dengan pihak sekolah dan anak mereka. Pemerintah Jepang melalui Kementerian Pendidikan meyakini bahwa ponsel pintar bagi anak usia dini, bisa meningkatkan perundungan (bullying), malas dan tindak kriminal.
Sebetulnya, dari fakta-fakta yang diungkapkan di atas, terlihat bahwa, kecanggihan teknologi harus diimbangi dengan pola pikir yang maju. Bukan berarti, di era internet ini, semua informasi pribadi dibuka seluas-luasnya. Demi keamanan, perlu juga dibatasi, dan masyarakat perlu diberi edukasi akan hal ini.
Sumber: youtube channel Nihonggomantappu, Korea Reomit, imamwew dan sumber lainnya