sumber: asahi.com |
Koriyama- Perfektur Fukushima, “Informasi Bayi”
adalah alat mungil yang dikembangkan oleh siswa SMU di Jepang. Tujuan
alat ini adalah memberikan informasi kepada ibu ataupun penjaga bayi mengenai
keadaan bayi saat ada di Box. Alamt ini memberikan informasi, apakah bayi dalam
keadaan aman atau tidak.
adalah alat mungil yang dikembangkan oleh siswa SMU di Jepang. Tujuan
alat ini adalah memberikan informasi kepada ibu ataupun penjaga bayi mengenai
keadaan bayi saat ada di Box. Alamt ini memberikan informasi, apakah bayi dalam
keadaan aman atau tidak.
Biasanya di atas dua bulan, bayi sedang belajar
bergerak bebas. Salah satu gerakan bayi adalah membalikkan badan, memutar
tubuhnya atau memanjat. Untuk menghindari kecelakaan yang disebabkan oleh
gerakan bayi di ujung tempat tidur atau boks, maka digunakanlah sensor ini.
Ketika bayi merangkat menuju ujung tempat tidur, sensor otomatis akan bunyi dan
mengirimkan pesan ke ponsel ibu atau pengasuh.
bergerak bebas. Salah satu gerakan bayi adalah membalikkan badan, memutar
tubuhnya atau memanjat. Untuk menghindari kecelakaan yang disebabkan oleh
gerakan bayi di ujung tempat tidur atau boks, maka digunakanlah sensor ini.
Ketika bayi merangkat menuju ujung tempat tidur, sensor otomatis akan bunyi dan
mengirimkan pesan ke ponsel ibu atau pengasuh.
sumber: asahi.com |
sumber: asahi.com |
sumber: asahi.com |
Sebuah perusahaan sedang mendekati sang ilmuwan
muda, agar karyanya ini bisa dijual kepada masyarakat luas. Sensor dengan luas
lima sentimeter persegi ini biasanya digunakan pada tubuh robot. Agar tidak
membahayakan bayi, alat ini dibungkus kantung dengan bentuk yang lucu dan aman
bagi bayi. Sensor akan mendeteksi gerakan bayi lalu mengirimkannya via LAN
wireless kepada ponsel. Di ponsel akan tertera oeringatan bahwa bayi dalam
posisi beresiko bahaya.
muda, agar karyanya ini bisa dijual kepada masyarakat luas. Sensor dengan luas
lima sentimeter persegi ini biasanya digunakan pada tubuh robot. Agar tidak
membahayakan bayi, alat ini dibungkus kantung dengan bentuk yang lucu dan aman
bagi bayi. Sensor akan mendeteksi gerakan bayi lalu mengirimkannya via LAN
wireless kepada ponsel. Di ponsel akan tertera oeringatan bahwa bayi dalam
posisi beresiko bahaya.
Alat ini dikembangkan oleh Toshihito Naito dan Seiya Yamaguchi, keduanya
masih berusia 18 tahun dan siswa dari Sekolah Teknik Koriyama-kita di Perfektur Fukushima. Mereka
juga anggota Club computer di sekolah dan mempelajari teknologi pengendalian komputer. Inspirasi untuk menciptakan alat ini datang,
ketika keduanya mempelajari ekonomi di kelas.
masih berusia 18 tahun dan siswa dari Sekolah Teknik Koriyama-kita di Perfektur Fukushima. Mereka
juga anggota Club computer di sekolah dan mempelajari teknologi pengendalian komputer. Inspirasi untuk menciptakan alat ini datang,
ketika keduanya mempelajari ekonomi di kelas.
Saat itu Naito mendapatkan informasi, bahwa bayi
bisa meninggal jika tidur dengan wajah menghadap ke matras. Iapun berpikir,
bagaimana caranya, ornag dewasa bisa mengetahui posisi bayi dalam mencegah hal
ini. Ia kemudian mencari beberapa referensi, bahwa untuk melihat kondisi bayi,
masyarakat sudah menggunakan CCTV. Namun, kamera tidak bisa memberikan
peringatan kepada ibu melalui suara. Dan ibu tidak mungkin memperhatikan
monitor terus menerus.
bisa meninggal jika tidur dengan wajah menghadap ke matras. Iapun berpikir,
bagaimana caranya, ornag dewasa bisa mengetahui posisi bayi dalam mencegah hal
ini. Ia kemudian mencari beberapa referensi, bahwa untuk melihat kondisi bayi,
masyarakat sudah menggunakan CCTV. Namun, kamera tidak bisa memberikan
peringatan kepada ibu melalui suara. Dan ibu tidak mungkin memperhatikan
monitor terus menerus.
Pada Musin gugur 2015, naito mulai bekerjasama
dengan Yamaguchi untuk mengembangkan alat ini. Dibutuhkan waktu skeitar 6
bulan, agar alat ini bisa bekerja sesuai harapan. Siswa ini kemudian
mengatakan, bahwa hal yang paling sulit adalah membuat ukuran alat menjadi
kecil dan tidak menyusahkan bayi. Alat ini akhirnya membawa mereka ikut kontes
internasional, untuk peneliti muda. Mereka lolos babak kualifikasi tahap domestik.
Tahun 2016, penelitian mereka memenangkan kompetisi bergengsi yang diadakan di
Paris pada Juli 2016. Saat itu ada 23 peserta dari 11 negara yang
berpartisipasi.
dengan Yamaguchi untuk mengembangkan alat ini. Dibutuhkan waktu skeitar 6
bulan, agar alat ini bisa bekerja sesuai harapan. Siswa ini kemudian
mengatakan, bahwa hal yang paling sulit adalah membuat ukuran alat menjadi
kecil dan tidak menyusahkan bayi. Alat ini akhirnya membawa mereka ikut kontes
internasional, untuk peneliti muda. Mereka lolos babak kualifikasi tahap domestik.
Tahun 2016, penelitian mereka memenangkan kompetisi bergengsi yang diadakan di
Paris pada Juli 2016. Saat itu ada 23 peserta dari 11 negara yang
berpartisipasi.
Penelitian Naito dan Yamaguchi juga
dipresentasikan di “Kreasi Alat-Alat Medis” pad atahun 2016. Alat mereka banyak membuat orang lain
tertarik, sekitar 280 grup dari Jepang dan luar negeri ikut dalam kegiatan ini.
Perusahaan besar mendatangi dua siswa itu, dan menawarkan kerjasama. “Kami akan
memikirkan untuk menjual produk ini secara komersil suatu saat, namun hal itu
pasti membutuhkan pengujian keamanan dan standar keselamatan lain,” ujar Takeshi
Fukazawa (49 th) guru dan penasehat dari Club Komputer di sekolah naito dan
Yamaguchi.
dipresentasikan di “Kreasi Alat-Alat Medis” pad atahun 2016. Alat mereka banyak membuat orang lain
tertarik, sekitar 280 grup dari Jepang dan luar negeri ikut dalam kegiatan ini.
Perusahaan besar mendatangi dua siswa itu, dan menawarkan kerjasama. “Kami akan
memikirkan untuk menjual produk ini secara komersil suatu saat, namun hal itu
pasti membutuhkan pengujian keamanan dan standar keselamatan lain,” ujar Takeshi
Fukazawa (49 th) guru dan penasehat dari Club Komputer di sekolah naito dan
Yamaguchi.
Pada Maret mendatang, Naito dan Yamaguchi akan
lulus SMU. Naito sudah mendapatkan tawaran bekerja di sebuah pabrik alat-alat
listrik, sementara Yamaguchi ditawarkan bekerja di perusahaan komunikasi. “Saya
masih ingin menciptakan hal-hal lain yang bisa bermanfaat bagi masyarakat,”
ujar Naito yang ingin bekerja sebagai insinyur.
lulus SMU. Naito sudah mendapatkan tawaran bekerja di sebuah pabrik alat-alat
listrik, sementara Yamaguchi ditawarkan bekerja di perusahaan komunikasi. “Saya
masih ingin menciptakan hal-hal lain yang bisa bermanfaat bagi masyarakat,”
ujar Naito yang ingin bekerja sebagai insinyur.
Sumber informasi dan foto: Asahi.com (artikel asli ditulis oleh Hiroki Koizumi)